Amalan Bulan Sya’ban

Nama Sya’ban diambil dari kata Sya’bun (Arab: شعب), yang artinya kelompok atau golongan. Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan ini, masyarakat jahiliyah berpencar mencari air. Dan didaalam sumber lain di sebutkan bahwa kata sya’bun di artikan sebagai bulan mulia, dimana di bulan ini tidak ada peperangan. 

Jadi, dapat kita simpulkan dari pengertian diatas bahwasannya bulan sya’ban merupakan bulan yang sangat mulia dan bulan di mana kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dan bulan di mana kita harus menghindari segala hal yang mendatangkan perselisihan dan hal–hal yang sifatnya negatif. 

Bulan sya’ban juga merupakan bulan di mana kita sebagai seorang muslim mempersiapkan diri untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan. Di bulan Sya’ban banyak yang lalai untuk beramal sholih. Mengenai bulan Sya’ban, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda : 

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ 
Artinya : “Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” [HR. An-Nasa’i No. 2357. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]

Kemudian sedikit kami sampaikan bahwa amalan yang dianjurkan pada bulan Sya’ban ini antara lain melaksanakan puasa sunnah. Sebuah hadits meriwayatkan, dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan ;

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ 
Artinya : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” [HR. Bukhari No. 1969 dan Muslim No. 1156] 
Adapun untuk lafadz bacaan niat puasa Sya’ban adalah sebagai berikut :

نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى
Latin : “NAWAITU SHAUMA SYAHRI SYA’BAAN SUNNATAN LILLAHI TA’ALA”
Artinya : “Saya niat puasa bulan sya’ban sunnah karena Allah ta’ala”

Di bulan Sya’ban juga amat dekat dengan bulan Ramadhan, sehingga bagi yang masih memiliki hutang puasa, maka ia punya kewajiban untuk segera melunasinya. Jangan sampai tertunda dan terlewat bulan Ramadhan berikutnya.

Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan ;

كَانَ يَكُونُ عَلَىَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِىَ إِلاَّ فِى شَعْبَانَ
Artinya : “Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidaklah mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban.” [HR. Bukhari No. 1950 dan Muslim No. 1146]

Yahya (salah satu perowi hadits) mengatakan bahwa hal ini dilakukan ‘Aisyah karena beliau sibuk mengurus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Semoga Allah SWT. memudahkan kita mengikuti suri tauladan Rasulullah SAW. untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits berikut: 

وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ 
Artinya : “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” [HR. Bukhari No. 2506]
Karenya hanya dengan hidayah-Nya kita dapat melaksanakan apa yg telah menjadi kewajiban kita sebagai ummat muslim.
Firman Allah SWT. di dalam Al-Qur’an :

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ 
Artinya : “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [QS. Al-Qashash (28) : 56]
Wallahu A’lam Bish Shawab……

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *